Selasa, 21 Mei 2013

- THE WHITE FACE IN THE WINDOW - PART THREE (end)



Keesokan paginya, aku masih tidak bisa pergi kerja karena mobilku masih dibawah tumpukan salju setinggi 7 kaki, tetapi aku benar benar harus keluar dari apartemen itu.
Kupikir, jika wajah itu akan muncul lagi akju harus lebih bersiap lagi. Aku pergi ke toko olhraga di dekat kompleks apartemen dan membeli sekotak amunisi kaliber 22 untuk pistolku yang sudah lama tidak aku pakai, aku tahu itu tidak seberapa, tapi itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Aku juga membeli beberapa butir tablet kafein dan sekotak kopi.

Sebelum malam tiba, aku membangun camp diruang tamu dengan pistol dan juga kopi, lalu aku mengambil sebutir pil kafein. dan kemudian menyetel perekam portabel yang biasanya aku gunakan untuk kerja. aku tidak mempunyai kamera dan video rekaman dari hp ku juga tidak berfungsi kurang lebih sebulan ini. Jadi yang bisa aku lakukan hanya menangkap beberapa foto dengan hp ku jika wajah itu muncul lagi.

Makhluk itu menunjukkan wujudnya pada jam 3 dini hari, Aku sudah mulai terpecah oleh kafein yang aku gunakan, saat suara dengungan itu mulai muncul kembali dari kejauhan. Aku menyiapkan pistol di tangan kananku dan kamera hp di tangan satunya lagi, tapi wajah itu tak kunjung muncul. Aku mulai bertanya-tanya apakah mungkin wajah itu di luar jendela kamarku, dan Saat aku menyelinap masuk ke dalam kegelapan melalui pintu, suara itu terdengar lebih keras lagi. Namun ketika aku sudah masuk kedalam ruangan itu tiba tiba pintu langsung menutup dengan sendirinya dibelakangku dan aku menderngar suara kaca pecah diruang tammu. Tiba tiba apartemen ku dipenuhi oleh suara suara dari benda yang pecah, terlempar, menjadi kepingan kepingan. Suara dengungan itupun semakin mengeras memekikkan telinga hingga aku menutup telingaku dengan satu tangan dan memutar kepalaku sambil mencoba membuka gagang pintu dengan tanganku yang lain. Tapi pintu itu tidak terbuka. Sepertinya telah ada seseorang yang menguncinya. Kira kira tiga puluh detik kemudian aku mulai mendobrak pintu itu dengan menendangnya tiba tiba suara suara barang yang terpecah diruang tamu berhenti, tetapi ruangan itu benar benar telah porak poranda, seolah ada rampok yang telah masuk kedalam. Dan saat aku melihat ke atas puing-puing di kaca jendela yang pecah aku melihat sosok wajah itu untuk yang terakhir kali menatapku dari sisi lain tirai yang telah rusak. Sosok itu membuka mulutnya dan memperlihatkan sebuah lubang yang gelap bagaikan gua yang membuatku berharap tidak akan pernah melihatnya lagi. Dan suara dengungan makin bertambah keras dan keras saat aku memotret makhluk itu dengan kamera flash yang berbunyi.

Kemudian dalam sekejap sosok wajah itu menghilang, Bukti yang aku punyai dari ceritaku ini hanyalah rekaman suara dengungan dalam beberapa menit terakhir dan juga foto buram yang aku peroleh dari kamera hp ku(lihat foto penampakan yg ada di cerita ini, foto wajah putih tampak di sudut kiri diantara tirai). tetapi suatu hal yang paling menggangguku adalah sudut papan kayu dengan lukisan bulan itu duduk di atas puing-puing tepat di tengah ruangan, dan wajah dari lukisan itu menjadi semakin jelas sehingga ekspresi itu identik dengan apa yang baru saja aku lihat di kaca jendela. Sesuatu yang lebar, menganga, seperti mulut gua.

Keesokan paginya aku mengubur lukisan itu dihutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar