Selasa, 21 Mei 2013

- THE WHITE FACE IN THE WINDOW - PART THREE (end)



Keesokan paginya, aku masih tidak bisa pergi kerja karena mobilku masih dibawah tumpukan salju setinggi 7 kaki, tetapi aku benar benar harus keluar dari apartemen itu.
Kupikir, jika wajah itu akan muncul lagi akju harus lebih bersiap lagi. Aku pergi ke toko olhraga di dekat kompleks apartemen dan membeli sekotak amunisi kaliber 22 untuk pistolku yang sudah lama tidak aku pakai, aku tahu itu tidak seberapa, tapi itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Aku juga membeli beberapa butir tablet kafein dan sekotak kopi.

Sebelum malam tiba, aku membangun camp diruang tamu dengan pistol dan juga kopi, lalu aku mengambil sebutir pil kafein. dan kemudian menyetel perekam portabel yang biasanya aku gunakan untuk kerja. aku tidak mempunyai kamera dan video rekaman dari hp ku juga tidak berfungsi kurang lebih sebulan ini. Jadi yang bisa aku lakukan hanya menangkap beberapa foto dengan hp ku jika wajah itu muncul lagi.

Makhluk itu menunjukkan wujudnya pada jam 3 dini hari, Aku sudah mulai terpecah oleh kafein yang aku gunakan, saat suara dengungan itu mulai muncul kembali dari kejauhan. Aku menyiapkan pistol di tangan kananku dan kamera hp di tangan satunya lagi, tapi wajah itu tak kunjung muncul. Aku mulai bertanya-tanya apakah mungkin wajah itu di luar jendela kamarku, dan Saat aku menyelinap masuk ke dalam kegelapan melalui pintu, suara itu terdengar lebih keras lagi. Namun ketika aku sudah masuk kedalam ruangan itu tiba tiba pintu langsung menutup dengan sendirinya dibelakangku dan aku menderngar suara kaca pecah diruang tammu. Tiba tiba apartemen ku dipenuhi oleh suara suara dari benda yang pecah, terlempar, menjadi kepingan kepingan. Suara dengungan itupun semakin mengeras memekikkan telinga hingga aku menutup telingaku dengan satu tangan dan memutar kepalaku sambil mencoba membuka gagang pintu dengan tanganku yang lain. Tapi pintu itu tidak terbuka. Sepertinya telah ada seseorang yang menguncinya. Kira kira tiga puluh detik kemudian aku mulai mendobrak pintu itu dengan menendangnya tiba tiba suara suara barang yang terpecah diruang tamu berhenti, tetapi ruangan itu benar benar telah porak poranda, seolah ada rampok yang telah masuk kedalam. Dan saat aku melihat ke atas puing-puing di kaca jendela yang pecah aku melihat sosok wajah itu untuk yang terakhir kali menatapku dari sisi lain tirai yang telah rusak. Sosok itu membuka mulutnya dan memperlihatkan sebuah lubang yang gelap bagaikan gua yang membuatku berharap tidak akan pernah melihatnya lagi. Dan suara dengungan makin bertambah keras dan keras saat aku memotret makhluk itu dengan kamera flash yang berbunyi.

Kemudian dalam sekejap sosok wajah itu menghilang, Bukti yang aku punyai dari ceritaku ini hanyalah rekaman suara dengungan dalam beberapa menit terakhir dan juga foto buram yang aku peroleh dari kamera hp ku(lihat foto penampakan yg ada di cerita ini, foto wajah putih tampak di sudut kiri diantara tirai). tetapi suatu hal yang paling menggangguku adalah sudut papan kayu dengan lukisan bulan itu duduk di atas puing-puing tepat di tengah ruangan, dan wajah dari lukisan itu menjadi semakin jelas sehingga ekspresi itu identik dengan apa yang baru saja aku lihat di kaca jendela. Sesuatu yang lebar, menganga, seperti mulut gua.

Keesokan paginya aku mengubur lukisan itu dihutan

The White Face in the Window【Part 1】


Musim dingin lalu aku berjalan melewati taman di dekat apartemenku ketika aku berpapasan dengan 5 anak muda sedang memukul sebuah benda dengan sebuah palu. Memang wajar, anak-anak Chicago mungkin lebih keras dari kebanyakan anak, tapi aku tidak terbiasa melihat hal-hal seperti itu di daerah tempat tinggalku. Aku berlari menghampiri mereka karena rasa penasaran yang besar, tetapi juga untuk memastikan bahwa mereka tidak menyiksa beberapa tupai yang lemah atau merpati atau sesuatu. Jika aku menyadari beberapa hal yang tak terduga dimana aku harus menghubungi yang bersangkutan, aku mungkin akan pulang ke rumah dan mengunci pintu.

Salah satu anak mencengkeram semacam papan kayu gelap yang tertutup dengan cat hitam, dan memegangnya sejauh jangkauan tangannya dengan wajah berpaling dan matanya ditutup. Anak kedua (aku ingat salah satu temannya memanggilnya entah itu Peter atau Paul) dengan agresif mengambil palu dari tangan anak yang telah mengayunkan palu itu pada papan kayu. Sementara dua anak lain menyaksikan tanpa mengucapkan sepatah kata. Terlepas dari semua ayunan palu dan perdebatan mereka, kulihat permukaan papan itu tampak halus sempurna dan utuh dari sudut pandang tempatku. Aku memakai suara orang dewasa terberat yang aku bisa dan membuat anak-anak untuk berhenti berteriak dan berebut palu cukup lama, kemudian aku bertanya kepada mereka apa yang mereka sedang coba lakukan.

Anak yang sedang membawa palu (Peter atau Paul) melihat tepat ke wajahku dan berkata, “kami akan menghancurkan iblis itu menjadi enam bagian dan menguburnya di hutan.”
Aku tertegun tetapi juga geli mendengarnya. Aku membayangkan dia telah menonton sesuatu seperti ini di televisi dan aku pun tertawa kecil seraya aku bertanya, “jadi, kalian pikir papan itu iblis?”

Peter atau Paul nampak tak begitu senang dengan pertanyaanku dan berkata “Kau ini bodoh atau apa? Benda itu bukanlah sebuah papan!”

Saat aku mengambil pandangan pertama pada papan kayu itu dengan dekat, aku terkejut melihat bahwa seluruh permukaan tidak dicat dengan cat hitam seperti saat kulihat pertama kali di kejauhan. Dimana sebenarnya dicat tangan pada sudutnya yang hampir ditutupi dengan bahasa yang tak ku ketahui. Itu tampak samar-samar seperti bahasa Asia atau timur tengah. Itu sangat asing bagiku, yang terdapat disamping benda itu dari kiri atas dan pojok kanan, dimana nampak lukisan yang sangat detail dari matahari dan bulan. Di tengah-tengah dari kedua matahari dan bulan terdapat wajah menakutkan dengan ekspresi hampa. Ketika aku berpikir tentang detail terakhir itu, menjadi jelas bagiku bahwa papan ini adalah semacam papan Ouija antik buatan tangan.

Peter atau Paul menjelaskan kepada ku bahwa kakeknya memiliki sebuah toko barang antik dan di akhir hidupnya, dia telah meminta agar ibu anak itu mengambil papan ini dari lemari besi toko dan menghancurkannya menjadi enam bagian dan segera membuangnya, mengubur setiap bagiannya di hutan tidak kurang dari satu mil terpisah dari satu sama lain. Dia tidak akan mengatakan mengapa hal ini harus dilakukan, tetapi terus menerus menyebut papan itu sebagai "Dasar Setan Kayu". Ketika ibu anak itu menolak, berpikir bahwa itu menggelikan seperti setiap orang yang rasional, kakeknya telah memberi ijin pada anak itu dan teman-temannya, memberi mereka kunci toko, dan mengatakan kepada mereka kombinasi dari lemari besinya. Aku ingat dia mengatakan bahwa ia kecewa, dia selalu berpikir yang berada di lemari besi simpanan kakeknya adalah harta karun bajak laut kuno.

Setelah meraih papan kayu dari lemari besi itu, tetapi, anak-anak telah mengalami dua masalah. Pertama, papan itu keras seperti batu dan cara terbaik untuk menghancurkannya berubah menjadi perdebatan mereka ketika sekarang mengetahui bahwa palu tak menggores sedikit pun papan itu. Masalah kedua adalah bahwa hutan di Chicago sangat jarang, dan hutan yang cukup besar untuk mengubur papan ini secara beberapa mil terpisah dari satu sama lain sangat langka. Menyadari itu kemungkinan besar bukan ide terbaik untuk menjadikannya masalah keluarga anak-anak itu ketika palu dan papan kayu ouija yang terlibat, aku pikir aku adalah pilihan terbaik untuk menghancurkan papan itu sendiri untuk memastikan anak-anak itu tidak terluka, kemudian aku pun yakin dengan pilihanku.

Hal ini terbukti sangat sulit. Aku ingat berpikir bahwa papan itu sudah diperkuat dengan pelat baja atau sesuatu. Aku memukul papan itu dengan palu untuk keseratus kalinya ketika aku ingat bahwa aku punya gergaji besi yang telah ku beli untuk menyingkirkan dahan pohon patah dua tahun sebelumnya, dan tidak pernah menyentuhnya lagi sejak saat itu. Aku mengatakan kepada anak-anak untuk duduk diam dan berlari jogging menyusuri blok apartemenku. Pada saat aku kembali salju turun dan anak-anak mengambil salju dan mulai melemparkannya pada satu sama lain seperti gumpalan daripada terlihat seperti bola salju. Itu adalah musim dingin ringan yang tak biasa bagi kami tahun lalu dan ku pikir ini mungkin adalah awal dari badai salju yang kami rasakan setiap tahun jika aku ingat dengan benar. Lima dari mereka terus bermain dengan salju saat aku mulai memotong papan itu dengan gergaji.

Butuh waktu yang sangat lama tapi sepertinya berhasil. Ketika bagian pertama jatuh aku mengambilnya dan melihat bahwa derai kayu yang telah dipotong itu tidak seperti yang pernah kulihat sebelumnya, nampak berbentuk spiral dalam pola yang sangat berbeda yang aku masih bisa membayangkan di kepalaku. Kayu yang tak di cat nampak berwarna coklat kemerahan.

Ketika papan itu sudah menjadi enam potongan Peter atau Paul meraih bagian sudut papan dengan gambar matahari, kemudian dia dan salah satu temannya berlari dengan jarak pendek ke daerah hutan di tepi taman dan menguburkannya sekitar beberapa kaki dalam tanah. Dengan begitu, anak-anak lain menjelaskan kepada ku bahwa mereka berencana menghabiskan hari ini naik kereta layang dan membawa potongan-potongan papan itu ke berbagai daerah yang berhutan yang akan mereka temukan. Mereka hanya membutuhkan suatu tempat yang luas untuk mengubur keenam bagian papan itu dan tidak ada rencana lainnya. Kebetulan hari itu adalah Minggu, jika aku ingat, jadi aku menawarkan pada mereka untuk melakukannya dalam perjalananku untuk bekerja pada hari berikutnya dan mereka setuju bahwa itu adalah rencana yang baik. Saat mereka berlima berjalan pergi ke arah utara, aku melihat mereka masuk stasiun untuk kereta api Blue Line dan aku tidak pernah melihat mereka lagi.

Malam itu juga saat badai salju mulai benar-benar buruk, aku ingat berpikir bahwa aku berharap aku tidak pernah membuat kesalahan dengan membiarkan mereka pergi sendiri, tetapi orang dewasa aneh yang berkeliaran dengan lima anak-anak cenderung memberi orang gagasan yang salah, terlepas dari apakah dia sedang mengawasi untuk keselamatan mereka. Aku berharap mereka sudah sampai rumah sebelum badai terjadi.

Sudut dari papan yang aku punya adalah sudut dengan lukisan bulan dengan ekspresi kosong. Aku benar-benar merencanakan untuk menguburnya, aku bersumpah akan aku lakukan, tapi aku terjebak dalam salju yang turun di pagi hari berikutnya dan papan itu berakhir di laci meja sudut ruangan. Aku tidak tahu apakah kau pernah merasakan salju turun selama musim dingin di Chicago, tetapi ketika hal ini terjadi, langit cenderung mengirimkan salju besar yang mendorong semua salju membentuk seperti pegunungan di atas semua mobil yang diparkir, tidak ada yang akan mampu bergerak atau keluar rumah sejauh satu inci untuk setidaknya dalam dua hari.


next: part II
sumber:  https://www.facebook.com/pages/cerita-misteri-dunia-dan-kisah-urban-Legend/185802188196131?fref=ts

The Haunted Cabinet


By BitterSweetMissy
Philippines
Translated by Spectro
Please include a link of this page as resources for copy and paste.

Kisah ini terjadi dari pengalamanku sendiri. Aku tak terlalu mendalami sesuatu yang supranatural dan aku tak menyukai sesuatu berbau hantu tetapi aku menikmati membaca atau mendengarkan kisah-kisah tentang hal itu dan aku tertarik membaca kisah Urban Legend. Tapi setelah kejadian ini, aku bisa bilang bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang tak bisa dijelaskan tak peduli bagaimanapun aku mencobanya. Baiklah, begini ceritanya.

Aku membeli lemari baru dan sudah kugunakan hampir 4 bulan sekarang. Pada awalnya nampak normal, aku tak memiliki perasaan aneh tentang lemari itu. Tapi aku semakin penasaran saat lemari itu pintunya terbuka dengan sendirinya.

Aku orangnya sangat privasi dan aku benci membuat barangku berantakan, jadi setiap kali aku kembali ke kamarku dan aku menemukan lemari itu terbuka, aku segera menutupnya. Aku merasa bingung, aku bahkan bertanya pada keluargaku jika mereka membukanya atau mereka butuh sesuatu dalam lemari itu, dan mereka bilang tidak. Suatu saat aku terbangun dan menemukan lemari itu terbuka, kulakukan hal yang sama, aku menutupnya.

Sampai sekarang masih tetap terbuka dengan sendirinya dan aku terlalu lelah untuk berpikir kenapa bisa seperti itu. Terkadang aku mengecek barang-barangku, tapi tak berubah dan tak ada yang hilang. Sebelum aku pergi tidur aku tetap menatap lemari itu dan berpikir siapa yang mungkin membukanya. Keadaan mungkin bisa menjadi buruk.

Karena aku sudah tak tahan lagi, aku bertanya pada penjualnya di toko tentang lemari itu dan dia bilang tak mengerti tentang hal itu. Kemudian suatu malam ketika aku terbaring di tempat tidur, lampu kamarku mati tetapi aku dapat melihat jika ada seseorang di kamarku. Aku mendengar suara pintu lemariku terbuka lagi. Kali ini sebuah bayangan hitam nampak seperti seorang pria keluar dari lemari itu, aku tak mengerti tapi aku yakin dengan apa yang ku lihat. Sebuah bayangan hitam, tinggi dan dia menatapku. Tetapi aku tak dapat melihat matanya. Dia terus berdiri disana diam dan menatapku. Aku sangat ketakutan sehingga aku menutup diriku dengan selimut dan berdoa terus menerus hingga akhirnya aku tertidur. Hal yang ku tahu setelah itu aku terbangun dan menemukan lemariku dalam keadaan terbuka. Aku yakin bahwa itu bukanlah mimpi.

Bagaimana dengan lemarimu?


Source : Your Ghost Stories


sumber: https://www.facebook.com/pages/cerita-misteri-dunia-dan-kisah-urban-Legend/185802188196131?fref=ts

•RUMAH DARA•


Rumah Dara adalah film horor jagal dari Indonesia yang dirilis pada tanggal 22 Januari 2010. Film yang bersemboyan "Horor menemukan seorang ibu" ini, disutradarai oleh Mo Brothers dan dibintangi oleh Shareefa Daanish dan Julie Estelle sebagai tokoh utama.

Film Rumah Dara berkisah mengenai sekelompok pemuda-pemudi yang terjebak di rumah milik seorang pembunuh misterius yang bernama "Dara".
Film dibuka dengan ditampilkannya video seorang perempuan yang mengajarkan 3 anaknya mengenai manusia. Perempuan yang wajahnya tak terlihat itu, mengajarkan anak-anaknya membunuh seorang laki-laki yang kepalanya ditutup.

“Rumah Dara” mengisahkan suatu malam yang paling mencekamkan bagi 6 orang teman lama. Pada suatu malam, Aji dan Astrid, pasangan suami-istri muda yang sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka, pergi ke Bandung bersama 3 teman baiknya mereka yaitu Jimmy, Eko dan Alam. Perjalanan ke bandung ini sebenarnya merupakan sebuah usaha terakhir Aji untuk berpamitan dengan adiknya, Ladya. Rencananya, besoknya Aji dan keluarganya akan terbang ke Australia untuk memulai hidup baru disana. Kedua kakak-beradik ini, sudah lama tak berhubungan lagi sejak kematian orang tua mereka, karna Ladya masih menyalahkan Aji atas kematian orang tua mereka. Pada mulanya pertemuan ini tak berlangsung dengan mulus, Ladya seorang pemberontak mempunyai sikap yang bertolak-belakang dengan Aji yang orangnya dewasa dan kalem. Tetapi atas bujukan Astrid, Ladya akhirnya mengalah dan dengan sungkan ikut bersama yang lain.

Tetapi perjalanan mereka terhenti ketika seorang perempuan berkulit pucat yang cantik menghampiri mereka, terlihat cemas dan linglung, gadis cantik ini mengiba pada mereka agar mau mengantarkannya pulang ke rumah. Perempuan itu mengaku bernama Maya, dan baru saja dirampok. Karna kasihan, akhirnya Aji dan rombongan pun mengantarkan Maya pulang.

Sesampai di rumah Maya, bertemulah mereka dengan seorang perempuan anggun dan misterius bernama Dara, yang merupakan ibunya Maya. Disinilah kebaikan hati dan maksud baik menjadi awal bencana di hari yang kelam itu. Mereka tak menyadari bahwa keputusan mereka untuk mengantar Maya pulang akan menjadi sebuah katalis berdarah dalam hidup mereka. Setelah perkenalan singkat, Dara memberi Astrid ramuan yang dikatakan akan membuat bayi dalam kandungannya lebih sehat. Ketika mereka hendak melanjutkan perjalanan, Dara mengajak mereka untuk makan malam bersama yang telah disediakan oleh Dara. Karna merasa tak enak hati untuk menolak, akhirnya mereka memenuhi ajakan makan malam itu. Namun, Astrid dan Aji meminta izin untuk beristirahat, dan mereka diantar ke kamar di lantai atas.

Saat makan malam, terlihat saudara Maya yang lainnya, Adam dan Arman. Selama makan malam, Maya pergi ke lantai atas sambil memberikan tanda kepada Eko untuk mengikutinya. Di ruangan atas, Eko dan Maya melakukan hubungan seks dan berakhir dengan tak sadarkan dirinya Eko.

Pada makan malam, satu per satu tamu yang menyantap masakan Dara pingsan karna Dara memberi obat tidur pada makanan tersebut.

Setelah terbangun dari pingsannya, Alam mendapati dirinya sendirian di meja makan. Lalu datanglah Maya yang menggodanya. Alam malah mencari Ladya, sehingga Maya marah dan berkali-kali berusaha menyerang Alam dengan pisau. Sempat terjadi perkelahian sengit diantara mereka. Beruntungnya, Alam dapat mengalahkan Maya. Lalu, ia melarikan diri ke pintu depan untuk lari. Tetapi ternyata pintu tersebut terkunci. Saat menoleh kebelakang, dia melihat Maya dan Adam. Alam berusaha melawan meraka, tetapi Adam berhasil mematahkan lengannya. Saat Adam mematahkan lengan Alam, Aji dan Astrid melihatnya. Untuk menyelamatkan diri, mereka melarikan diri ke lantai atas. Tapi malang bagi Aji karna Adam berhasil mematahkan kakinya. Astrid yang selamat segera berlari ke kamar tempat dia beristirahat sebelumnya.

Sementara itu, Ladya, Eko dan Jimmy disekap di ruangan yang gelap. Ladya yang paling dekat dengan pintu, mengintip melalui lubang kunci dan melihat Alam sedang disiksa dan dipotong-potong oleh Arman. Setelah itu, Arman masuk ke ruangan tempat dimana mereka disekap dan membawa paksa Ladya ke meja pemotongan dan mengikatnya. Jimmy dan Eko mencoba menyelamatkan Ladya dengan mengalihkan perhatian Arman. Mereka meneriakkan kata-kata kasar kepada Arman. Dengan geram, Arman kembali ke ruangan tempat Jimmy dan Eko tadi. Sementara itu, Ladya berhasil membebaskan salah satu tangannya. Tetapi, sebelum dia sempat kabur dari tempat itu, Arman sudah kembali dan mencoba memperkosanya. Arman menjilat mulut Ladya dengan sangat bernafsu. Tetapi Ladya kemudian mengigit lidah Arman hingga putus. Lalu, Ladya menusuk perut Arman yang sedang kesakitan. Arman pun akhirnya pingsan. Kemudian, Ladya berhasil meloloskan diri dari ruangan itu. Lalu Ladya membebaskan Jimmy dan Eko. Mereka pun menemukan celah untuk keluar dari rumah jagal tersebut.

Saat mereka berusaha melarikan diri, Maya datang dengan busur dan panah di tangannya. Dia memanah telinga kiri Eko hingga berlubang. Tetapi mereka tetap berhasil melarikan diri ke hutan. Tiba-tiba datanglah Dara mengambil busurnya dan memanah bahu Ladya. Mereka bertiga pun akhirnya terpencar; Eko dan Jimmy masih tetap bersama, sementara Ladya terpisah sendiri.

Sementara di tempat persembunyiannya, Astrid merasakan sakit pada perutnya. Ternyata, obat yang diberikan Dara adalah obat agar bayi terlahir lebih cepat. Dengan putus asa, Astrid yang masih terperangkap, melihat keluar jendela. Ia melihat mobil berplat D 461 NG (daging) di depan rumah. Astrid mencoba memanggil mereka, dengan bermaksud meminta pertolongan, tetapi ternyata tamu itu adalah temannya Dara. Mereka mengambil beberapa peti dengan foto berbagai orang. Mobil itu lalu pergi, mereka juga menbawa mobil Jimmy. Selanjutnya, air ketuban Astrid pecah, dan akhirnya ia melahirkan bayinya sendirian.

Di hutan, Ladya jatuh di semak-semak yang tinggi. Saat itu hujan, sehingga penglihatan menjadi kabur. Eko dan Jimmy yang masih tetap bersama, mencoba mencari Ladya. Mereka akhirnya bertemu. Namun, Jimmy tiba-tiba ditarik oleh Adam dari dalam semak-semak dan Adam lalu mematahkan leher Jimmy yang menyebabkannya meninggal. Eko lalu mencoba melawan Adam, tetapi Adam hanya memukulnya dan malah mengejar Ladya. Eko lalu berhasil mencapai jalan setapak kecil, dan tiba-tiba terlihat cahaya mobil mendekatinya.

Setelah melahirkan, Astrid mencoba keluar dan bertemu dengan Aji. Tetapi, Dara lalu datang dan mengambil anak mereka. Astrid meminta agar anaknya dikembalikan, tetapi Dara menawarkan pilihan yang sulit pada mereka. Dara mengatakan bahwa mereka bisa keluar dari rumah itu jika menyerahkan bayinya. Lalu Dara memasuki ruangan di depan mereka, diikuti oleh Astrid dan Aji. Ruangan itu penuh dengan mayat bayi. Akhirnya leher Astrid tertusuk oleh tongkat besi, Astrid pun lalu meninggal dunia. Aji sangat marah melihat peristiwa itu, dan kemudian dia menyerang Dara. Kemudian, Dara menusuk Aji dan membuat dia pingsan.

Ladya, yang berhasil lolos dari Adam, melihat kejadian dimana Dara menusuk Aji, dan berencana menolongnya. Tetapi Arman membawanya secara paksa ke ruangan di lantai atas untuk memperkosanya.

Tiba-tiba, ada yang datang kerumah mereka. Maya lalu memanggil Dara karena mereka kedatangan tamu, yaitu petugas kepolisian. Ternyata Eko lah yang membawa mereka. Eko pun kembali ke rumah itu bersama mereka. Dara lalu berbohong kepada kepala polisi. Tapi, akhirnya Para petugas itu berpencar untuk memeriksa rumah tersebut; dua orang memeriksa lantai atas dan dua orang lainnya masih tetap berada di bawah.

Salah satu polisi melihat video yang berisikan tentang seorang wanita yang sedang mengajarkan anak-anak mereka membunuh seorang laki-laki yang kepalanya ditutup (video yang ditampilkan saat pertama kali film dimulai). Polisi itu ketakutan, lalu secara tidak sengaja dia juga melihat sebuah foto tua. Foto itu adalah foto Dara dengan keterangan tahun 1889. Anehnya, wajahnya masih sama seperti sekarang, tanpa mengalami penuaan sedikitpun.

Di atas, Arman sedang memperkosa Ladya. Sementara itu, tangan Ladya bergerak ke meja kecil di dekatnya. Dia mengambil pensil tajam dan menusuknya ke mata Arman. Spontan Arman pun berteriak, teriakannya terdengar sampai ke bawah. Polisi yang masih tinggal di bawah bertanya kepada Dara teriakan apakah itu. Tetapi, tiba-tiba Adam memadamkan listrik, dan mereka akhirnya berhasil membunuh salah seorang polisi itu. Dengan susah payah, kepala polisi pun berhasil keluar mencapai mobilnya dan mengambil senapan. Saat Maya membunuh anak buahnya, kepala polisi itu menembak kepala Maya. Dara yang sangat marah melihat Maya ditembak oleh kepala polisi itu, akhirnya membunuhnya.

Ladya akhirnya bertemu kembali dengan Aji di ruangan bayi. Aji yang sudah sadar dari pingsannya, sangat marah dengan keadaan yang menjebak mereka. Dia lalu memecahkan beberapa tempat mayat bayi. Suara gaduhnya membuat Adam dan Dara mengetahui lokasi dimana mereka bersembunyi. Dara lalu menyuruh Adam untuk naik ke atas dan membunuh mereka. Setelah Adam menemukan mereka, terjadilah pergulatan hebat antara Adam dan Aji. Tapi, Eko berhasil menusuk dada Adam, dan Ladya melemparkan lighter ke arah Adam. Adam pun terbakar dan pergi ke ruangan lain, sementara Aji dan Ladya mengambil bayinya. Eko yang turun kebawah melihat Dara membawa gergaji mesin.

Aji dan Ladya hendak turun, tetapi mereka dicegat oleh Adam yang wajahnya terbakar. Setelah terjadi pergulatan, akhirnya Adam berhasil dibunuh oleh Ladya dan Aji.

Ladya lalu mengambil pedang dan mencari Dara. Di meja makan, Ladya melihat tubuh Eko yang telah tercincang. Lalu tiba-tiba muncul Dara yang berlari menuju Ladya sambil membawa gergaji mesin. Ladya berusaha melawan dengan pedangnya dan melarikan diri ke sisi lain meja makan. Ladya mencoba berlari ke pintu depan dengan melompat melewati gergaji mesin Dara. Gergaji mesin sedikit mengenai kakinya, tetapi tidak sampai membuatnya putus. Aji lalu datang dan berhasil membuat Dara terjatuh, tetapi bahu Adjie jadi sasaran ketajaman gergaji mesin Dara. Bahu Adjie tercincang oleh gergaji mesin. Sebelum meninggal, ia menemukan senapan di sampingnya dan melemparkannya ke Ladya. Ladya mengambil senapan itu dan menembak Dara. Dara akhirnya tumbang dan tergeletak di lantai. Adjie juga sempat meminta maaf kepada Ladya sebelum meninggal dunia.

Ladya berhasil membawa bayi Astrid keluar, dan meletakannya di belakang mobil polisi. Ketika Ladya siap pergi, Dara tiba-tiba datang dan berusaha menghentikan Ladya. Ladya lalu memundurkan kendaraan, membuka pintu mobil dan menabrakannya ke arah Dara. Dara pun terjatuh. Ladya lalu berhasil meloloskan diri. Namun, tanpa diketahui oleh Ladya, tangan Dara pelan-pelan bergerak dan film berakhir ini.

*berbagai sumber


sumber: https://www.facebook.com/MitosMisteriDanUrbanLegendDunia?ref=ts&fref=ts